Selasa, 01 Oktober 2013

Bahasa Itu Relatif

Assalamualaikum!

Gak terasa satu bulan dijalanin sebagai mahasiswa, sebulan lebih sedikit lah. Jadi selama sebulan tinggal di Bandung, saya sudah bermandikan budaya-budaya yang jauh berbeda. Umumnya sih jumpa kalo gak orang Bandung, Jakarta atau orang-orang dari daerah Jawa yang kalau udah jumpa sesama Jawa langsung bercengkerama dengan bahasa yang tidak bisa saya mengerti kecuali 'ora' dan 'iso'. Dari sekian banyak hal asing yang saya jumpai di sini, salah satu yang paling buat rumit itu bahasa.

Ada banyak kata-kata yang biasa dipakai di Medan punya arti yang berbeda untuk hampir semua orang yang saya temui di sini. Berikut ada beberapa kata yang buat heran kalau udah diucapin:

1. SEMALAM

Di Medan: Kemarin, hari yang lalu, suatu waktu di masa lalu.
Di Bandung (dan seluruh Indonesia mungkin): Malam yang lalu (last night)

Kalo di Medan, bilang apa-apa yang udah terjadi di masa lalu, yang umumnya jaraknya masih beberapa hari itu seringnya pakai ‘semalam’ atau kadang dibilangnya ‘semalam-semalam’. Tapi, pas sampai di sini, terus bicara sama teman pakai ‘semalam’, langsung reaksinya muka bingung atau, “Hah?”. Misalnya:

A: Udah siap ngerjain tugas fisika?
B: Tugas yang mana?
A: Itu lo, tugas yang dikasih semalam.
B: Emang semalam ada kuliah?

Yah, gitulah, dan ini kejadiannya hampir tiap hari. Syukurnya sekarang udah ada beberapa teman yang bisa toleransi dan ngerti kalau dengar kata ‘semalam’.

2. PANDAI

Di Medan: Bisa, mampu
Di Bandung (dan mungkin juga seluruh Indonesia): Jago, ahli

Kalau di sini saya bilang, “Gak pandai,” orang-orang berasumsi kalau sebenarnya saya bisa, padahal maksud saya sebenarnya itu sama sekali gak bisa. Bahkan terkadang saya ngomongnya juga bukan, “Gak pandai,” tapi, “Gak pande.”. Hasilnya…. Semakin banyak orang yang bingung.

3. MANDI

Di Medan: Membersihkan tubuh, teh manis dingin
Di Bandung: Membersihkan tubuh (saja)

Jadi suatu siang saya makan siang bersama beberapa orang lainnya. Waktu ditanya mau minum apa, saya jawabnya, “Mandi!”. Setelah bilang kata itu, gak ada respon sama sekali, bahkan saya dikira mengatakan sesuatu yang sama sekali gak ada hubungannya sama mesan minuman. Di kesempatan yang lain saya mesan minuman itu lagi. Supaya abang-abang tukang jualannya ngerti, saya bilangnya, “Teh manis dingin!”. Tapi ternyata sama saja, abang itu tetap aja gak ngerti. Pesanannya akhirnya baru dipahami setelah bilang, “Es teh manis.”

Itu beberapa kata yang udah saya dapati bisa buat miskomunikasi. Kayaknya masih ada banyak kata-kata lain lagi yang punya makna lain juga di sini, tapi sekarang yang kepikiran sama saya baru ini aja. Terima kasih buat yang baca.

Wassalamulaikum!